HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN
MINAT BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII SEMESTER GENAP DI SMPN I KABAT KABUPATEN
BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
1. Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling merupakan layanan
bantuan kepada peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar
mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno,
2001: 10-11).
Secara umum tujuan dari layanan bimbingan
dan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana
tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,
yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Sedangkan tujuan khusus dari layanan bimbingan dan
konseling adalah untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan
perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling
tersusun dalam program layanan bimbingan dan konseling. Program
layanan bimbingan dan konseling memuat berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung layanan bimbingan dan konseling, serta mencakup empat bidang layanan
bimbingan dan konseling yaitu bidang belajar/akademik, pribadi, sosial dan
karir.
Melihat kegiatan utama siswa di sekolah
adalah belajar. Slameto menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman sendiri dan interaksi dengan
lingkungannya. (2003: 2)
Tingkah laku baru yang dimaksud adalah
perubahan siswa yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak
mengerti menjadi mengerti, terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Setiap siswa
memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda dalam hal belajar. Tidak
sedikit siswa yang mengalami permasalahan atau hambatan dalam kegiatan
belajarnya. Permasalahan-permasalahan yang bisa timbul dalam kegiatan belajar
antara lain tidak ada motivasi belajar, tidak mampu berkonsentrasi dalam
belajar, nilai hasil belajar rendah, tidak bisa mengatur waktu belajar, tidak
siap menghadapi ujian/ulangan dan sebagainya.
Sehubungan dengan permasalahan/kesulitan
belajar pada siswa maka sekolah memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa
dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi. Salah satu
usaha sekolah dalam mengatasi permasalahan belajar siswa adalah melalui
layanan bimbingan belajar yang diberikan oleh guru pembimbing.
Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto
menyatakan bahwa bimbingan belajar membantu peserta didik dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah belajar. Layanan bimbingan belajar membantu siswa
dalam mencapai keberhasilan belajar yang optimal dan mampu memecahkan
masalah-masalah belajar yang dihadapi. (2005:12)
Untuk dapat melihat masalah-masalah yang di
hadapi dan mencapai keberhasilan layanan bimbingan belajar, seluruh
faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid harus dapat diperhatikan.
Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan tingkah laku siswa
sebagai timbal balik dari hasil sebuah pengajaran. Tingkah laku siswa ketika
mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa
tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik
dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu
tanda-tanda minat
Minat merupakan landasan penting bagi
seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan
minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat
mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan
dengan yang dikatakan oleh S. Nasution bahwa
pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat. Anak-anak malas, tidak
belajar, gagal karena tidak ada minat. (1998:58)
Dalam kegiatan belajar seperti yang
diungkapkan oleh Usman Efendi dan Juhaya S Praja bahwa belajar dengan minat
akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat. Minat mempunyai peranan yang
sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang
besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan
tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa
tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang
dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik. (1993:122)
Slameto juga berpendapat bahwa: Minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui
suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada
hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu. (2010:180)
Dari keterangan tersebut, dapat dijelaskan
bahwa siswa yang memiliki minat dengan siswa yang tidak memiliki minat dalam
belajar akan terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut tampak jelas dengan
ketekunan yang terus menerus. Siswa yang memiliki minat maka ia akan terus
tekun ketika belajar sedangkan siswa yang tidak memiliki minat walau pun ia mau
untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis tertarik bermaksud mengadakan penelitian tentang
“hubungan
antara layanan bimbingan belajar dengan minat belajar siswa pada kelas VIII
semester genap SMP Negeri 1 Kabat kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran
2012-2013”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
2.1 Mayor
Adakah hubungan antara layanan bimbingan belajar
dengan minat belajar siswa pada kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Kabat
kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran 2012-2013?
2.1
Minor
·
Adakah
hubungan antara layanan bimbingan belajar langsung dengan minat belajar
siswa pada kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Kabat kabupaten Banyuwangi
tahun pelajaran 2012-2013?
·
Adakah
hubungan antara layanan bimbingan belajar tidak langsung dengan minat
belajar siswa pada kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Kabat kabupaten
Banyuwangi tahun pelajaran 2012-2013?
3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan umum (mayor)
Ingin
mengetahui ada tidaknya hubungan antara layanan bimbingan belajar
dengan minat belajar siswa pada kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Kabat
kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran 2012-2013?
3.2 Tujuan khusus (minor)
· Ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara layanan
bimbingan belajar langsung dengan minat belajar siswa pada kelas VIII semester
genap SMP Negeri 1 Kabat kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran 2012-2013?
· Ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara layanan bimbingan belajar
tidak langsung dengan minat belajar
siswa pada kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Kabat kabupaten Banyuwangi
tahun pelajaran 2012-2013?
4. Kajian Teori Layanan Bimbingan
Belajar dan Minat Belajar Siswa
4.1 Pengertian Layanan
Bimbingan Belajar
Layanan Bimbingan belajar sebagaimana
diungkapkan Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan bimbingan belajar sebagai
salah satu usaha untuk membantu permasalahan siswa dalam hal belajar dilakukan
dengan cara mengembangkan suasana
belajar mengajar yang kondusif agar siswa terhindar dari kesulitan belajar.
(2005: 37)
Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi
mengemukakan bahwa layanan bimbingan belajar adalah layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan
dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar
lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian. (2008: 62)
Menurut Thohari Musnamar layanan bimbingan
belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung (adanya tatap
muka antara guru pembimbing dengan siswa) dan tidak langsung (menggunakan media
tertentu untuk membimbing seperti kotak masalah, leaflet, pamflet, ataupun
papan bimbingan untuk mengoptimalkan pemberian layanan bimbingan). (2003:49)
Sedangkan menurut M Arifin metode layanan
bimbingan juga dapat dilakukan dengan dua cara diantaranya:
1. Layanan bimbingan langsung
Layanan bimbingan
langsung adalah metode layanan di mana pembimbing melakukan
komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini
dapat dirinci lagi menjadi:
a. Layanan bimbingan
individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan bimbingan
langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan teknik:
1. Percakapan pribadi, yakni
pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing;
2. Kunjungan ke rumah (home
visit), yakni
pembibing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah klien
sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien dan lingkungannya;
b. Layanan bimbingan kelompok
Pembimbing melakukan
komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan
teknik-teknik:
1. Diskusi kelompok, yakni
pembimbing melaksanakan layanan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan
/ bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.
2. Karya wisata, yakni layanan
bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung dengan mempergunakan ajang
karya wisata sebagai forumnya.
3. Sosiodrama, yakni layanan
bimbingan yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan / mencegah
timbulnya masalah (psikologis).
4. Psikodrama, yakni layanan
bimbingan yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan / mencegah
timbulnya masalah (psikologis).
5. Group teaching, yakni pemberian
layanan bimbingan dengan memberikan materi bimbingan tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah
disiapkan.
2. Layanan bimbingan tidak langsung
Layanan bimbingan
tidak langsung adalan layanan bimbingan
yang dilakukan melalui media. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok.
a. Layananan
bimbingan individual
1. Melalui surat menyurat.
2. Melalui telepon dan sebagainya.
b. Layanan
bimbingan kelompok
1.
Melalui papan bimbingan.
2. Melalui surat kabar / majalah.
3. Melalui brosur.
4. Melalui radio (media audio).
5. Melalui televisi. (M. Arifin
2003:43-45)
4.2 Pengertian Minat Belajar Siswa
Minat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat
yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya
terhadap kegiatan seseorang, sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang
diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
(2002:744)
Menurut Joko Sudarsono “Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan
atau sepenuhnya terlibat dalam suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau
bernilainya kegiatan tersebut.” (2003:8)
Definisi secara sederhana lainnya diberikan
oleh Slameto yang menyatakan bahwa “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. (2010:180)
Sedangkan Drs. Ahmad Mudzakir dan Drs. Joko
Sutrisno dalam bukunya psikologi pendidikan mengemukakan; “Belajar adalah suatu
usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri
seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaa ilmu pengetahuan,
ketrampilan dan sebagainya”.(2000:34)
Muhibbin Syah, M. ED. dalam bukunya
Psikologi Belajar mengemukakan: “Belajar merupakan tahapan perubahan tingkah
individu yang relatif menutup sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.(2007:64)
Dari kelima pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa minat belajar adalah perhatian, rasa suka dan rasa
ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan dengan adanya
partisipasi, keinginan siswa untuk belajar dengan baik dan perhatian siswa
dalam materi pelajaran secara aktif dan serius.
4.2.1 Indikator Minat
Belajar
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, indikator adalah alat pemantau (sesuatu) yang dapat
memberikan petunjuk/keterangan (Depdikbud, 2005:329).
Hubungannya dengan
minat siswa, maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan
petunjuk ke arah minat. Ada
beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi, hal ini dapat
dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di rumah.
Slameto menyatakan
bahwa: Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Suatu minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek
tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek
tertentu. (2010:180)
Berdasarkan
definisi tersebut, maka dapat disimpulkan indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang
dalam aktivitas belajar, rasa ketertarikan untuk belajar, adanya kesadaran
untuk belajar tanpa disuruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan
perhatian yang besar dalam belajar. Lebih lanjut sikap yang ditunjukkan siswa
sebagai tolok ukur/indikator minat dijelaskan sebagai berikut:
1) Rasa tertarik
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia tertarik adalah perasaan
senang atau menaruh minat (perhatian) pada sesuatu. Jadi tertarik adalah
merupakan awal dari individu menaruh minat, sehingga seseorang yang menaruh
minat akan tertarik terlebih dahulu terhadap sesuatu. Ketertarikan yang
dimaksud adalah ketertarikan terhadap pelajaran di kelas. (2002:1145)
2) Perasaan senang
Menurut Sumadi
Suryabrata perasaan merupakan unsur yang tak kalah penting bagi anak didik
terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Perasaan didefinisikan “sebagai
gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan
gejala-gejala mengenal dan dialami oleh kualitas senang atau tidak dalam berbagai
taraf” ( 2004:66).
Setiap aktivitas dan
pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik
perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan
dengan fungsi mengenal, artinya perasaan dapat timbul karena mengamati,
menganggap, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Jika seorang siswa
mengadakan penilaian yang agak spontan melalui perasaannya tentang pengalaman
belajarnya di sekolah, dan penilaian itu menghasilkan penilaian yang positif
maka akan timbul perasaan senang di hatinya. Akan tetapi jika penilaiannya
negatif maka timbul perasaan tidak senang. Perasaan senang akan menimbulkan
minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak
senang akan menghambat dalam belajar, karena tidak adanya sikap yang positif
sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.
3) Perhatian
Menurut Dakir perhatian
adalah keaktifan peningkatan fungsi jiwa yang diarahkan dalam pemusatannya
kepada barang atau individu. Sesuatu yang ada pada diri individu maupun di luar
individu. Perhatian dalam mengikuti suatu kegiatan sangat penting, hal ini akan
berpengaruh terhadap siswa dalam belajar. (2008:144)
4) Partisipasi
Partisipasi adalah
peran serta atau keikutsertaan dalam suatu kegiatan (KBBI, 2002: 831).
Partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang
mempunyai minat terhadap suatu pelajaran akan melibatkan dirinya dan
berpartisipasi aktif dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
yang diminatinya. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari
sikap siswa yang partisipatif. Siswa rajin bertanya dan mengemukakan
pendapatnya. Selain itu siswa selalu berusaha terlibat atau mengambil andil
dalam setiap kegiatan.
5) Keinginan/kesadaran.
Keinginan merupakan
kehendak, kemauan atau hasrat (KBBI, 2002:433) siswa untuk belajar. Siswa yang
mempunyai minat terhadap suatu pelajaran akan berusaha belajar dengan baik.
Siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan mempunyai kesadaran untuk
belajar tanpa ada yang menyuruh dan memaksa.
4.3 Hubungan Antara Layanan
Bimbingan Belajar dan Minat Belajar Siswa
Keberadaan
bimbingan dan konseling di sekolah yang berperan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam berbagai hal terutama masalah kesulitan belajar harus
senantiasa mendapat perhatian yang serius agar kesulitan belajar tersebut dapat
segera teratasi.
Oleh karena itu, bimbingan belajar menjadi
salah satu bentuk layanan bimbingan yang
penting diselenggarakan di sekolah. Program layanan bimbingan belajar mempunyai
bagian yang lebih besar di antara program bimbingan yang lain, yaitu bimbingan
pribadi, bimbingan sosial, dan karir.
Hal ini dikarenakan kegiatan utama di
sekolah menurut Yunia Rani adalah belajar dan banyaknya permasalahan yang bisa
timbul dalam kegiatan belajar di sekolah yang tentunya akan berdampak pada
pribadi, kehidupan sosial dan pemilihan karir di masa depan. Tujuan
penyelenggaraan layanan bimbingan belajar adalah agar siswa mampu memecahkan
masalah belajar yang dihadapi, memiliki kebiasaan belajar yang baik sehingga
memperoleh prestasi yang optimal dan mampu menentukan sikap yang sesuai dengan
kemampuan, minat belajar, dan bakatnya bakatnya.(2010: 7)
Sadangkan menurut Hasnawiyah kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan belajar dihadapkan
pada banyak kesulitan dan hambatan. Hambatan bisa muncul dari berbagai faktor,
seperti kurangnya memahami minat belajar siswa. Minat sangat besar pengaruhnya
terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena
tidak ada daya tarik tersendiri baginya. Sehingga siswa malas untuk belajar,
siswa tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran tersebut. ( 2002:45)
Menurut S Praja minat seseorang akan dapat
menentukan aktivitas apa saja yang dipilihnya dan akan melakukannya dengan
senang hati. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan
timbul kesulitan belajar.” (2004: 83)
5. Metode Penelitian
5.1 Metode
penentuan daerah penelitian
Menurut Sutrisno Hadi “daerah penelitian adalah tempat (area
sampling) yang sudah ditentukan dalam suatu penelitian. “(2001:57)
Dalam menentukan daerah penelitian
menggunakan metode purposive daerah. Mengenai metode purposive area ini menurut
Suharsimi Arikunto purposive area berarti tempat penelitian bukan berdasarkan
atas strata, akan tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Teknik ini biasanya
dilakukan atas beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu,
tenaga dan dana, sehingga tidak dapat mengambil tempat yang luas atau jauh,
(2002: 117).
Dari pendapat tersebut diatas dapat
diketahui bahwa purposive area adalah pemilihan tempat penelitian atas dasar
tujuan tertentu. Dan jika penelitian dalam bidang pendidikan, yaitu sekolah.
Karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana, sehingga tidak dapat mengambil
tempat yang luas dan jauh. Sehubungan dengan uraian tersebut diatasmaka dalam
penelitian ini penulis mengambil tempat penelitian diSMP
Negeri 1 Kabat kecamatan Kabat Kabupaten banyuwangi.
5.2
Metode penentuan responden penelitian
Menurut Suharsini Arikunto, ”Responden
adalah orang-orang yang merespon atau menjawab pertanyaan penelitian baik
peranyaan tertulis maupun lisan”, (2003:10).
Menurut Sutrisno Hadi, “ Metode penentuan responden penelitian
adalah ada dua metode dalam menentukan responden populasi dan sampel. (2001 :
38).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode penentuan responden adalah suatu
cara yang digunakan untuk
menentukan orang-orang yang ditunjuk
untuk menjawab dan memberikan keterangan terhadap masalah yang diteliti baik
secara tertulis maupun lisan.
Melihat kenyataan bahwa populasi
responden sangat banyak maka dalam menentukan responden pada penelitian ini
digunakan suatu teknik Proportional Random
Sampling yaitu cara pengambilan
sampel dengan seimbangan dari anggota populasi dengan acak tanpa memperhatikan
strata (tingkatan) dan tidak memilih-milih individu dalam anggota populasi
tersebut (Riduwan, 2003:12).
Dalam penelitian ini yang dijadikan responden untuk mewakili
populasi adalah siswa dari kelas VIII SMPN 1 Kabat Banyuwangi dengan rumus :
Sumber: Riduwan dan Sunarto(2007:36)
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran Populasi
e : Persen
kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel dalam
penelitian ini di ambil nilai e = 10%.
Dari jumlah sampel tersebut, kemudian
menentukan jumlah sampel dari masing-masing kelas menurut jenis kelamin secara
porposional dengan rumus :
Keterangan :
· ni =
jumlah sample menurut stratum
· Ni
= jumlah populasi menurut sratum
· n =
jumlah sample seluruhnya
· N =
jumlah populasi seluruhnya
Untuk menentukan
populasi responden laki-laki dan perempuan dalam tiap-tiap kelas juga
dipergunakan rumus yang sama seperti diatas namun ruang lingkupnya
masing-masing jenis kelamin, tiap kelas dibagi jumlah siswa satu kelas dikali
jumlah perwakilan responden jenis kelamin masing-masing.
5.3 Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah:
·
Metode
dokumenter
·
Metode
angket
·
Metode
interview
Supaya bisa mendalami tentang
beberapa metode tersebut maka perlulah kiranya diuraikan satu persatu
5.3.1 Interview
Wawancara atau
interview menurut Nasution adalah “ suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam
percakapan yangbertujuan memperoleh informasi. (2006:319)
Menurut
Moleong wawancara atau interview adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan
( 2002:135).
Sedangkan
menurut pendapat Stewart L. Tubss mengatakan bahwa, " Wawancara adalah
suatu proses komunikasi diadik relasional dengan tujuan yang serius dan
ditetapkan terlebih dulu yang dirancang untuk mempertukar perilaku dan
melibatkan tanya jawab".(2000:40)
Dari
ketiga pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa metode interview
adalah suatu komunikasi dengan tujuan yang serius yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu
pewawancara dan yang diwawancarai dengan tujuan untuk mendapatkan informasi.
5.3.2 Dokumenter
Dokumentasi menurut
Riduwan adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian,meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian (2003:58).
Lebih lanjut
menurut Suharsini Arikunto,”Dokumenter adalah teknik mencari data mengenai hal
atau variabel yang berupa benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen,
catatan harian, dan sebagainya”,(2002:135).
Dari kedua pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
dokementer adalah suatu cara untuk memperoleh data untuk penelitian,
dimana penelitiannya menggunakan dokumen atau catatan-catatan tentang peristiwa
masa lalu.
Alasan
penulis menggunakan metode dokumenter adalah sebagai berikut :
·
Data
yang diperlukan sudah tersedia dalam dokumen.
·
Lebih
efektif dan efisien.
·
Data
yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
5.3.3 Angket
Menurut Umar
metode angket (kuesioner )merupakan
suatu alat pengumpul data dengan memberikan atau menyebarkan daftar
pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas
daftar pernyataan tersebut ( 2004: 49).
Sedangkan
kuesioner menurut Suharsimi Arikunto adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (2002: 128).
Selanjutnya
Margono kuesioner adalah suatu alat
pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk
menjawab secara tertulis pula oleh responden. (2004: 167)
Jadi dapat
ditarik kesimpulan bahwa kuesioner/angket adalah suatu cara yang digunakan
untuk memperoleh data serta informasi tentang responden dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang telah
dibuat oleh peneliti. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data mengenai layanan bimbingan belajar siswa berupa
pertanyaan-pertanyaan dalam pilihan ganda kepada siswa kelas VIII SMPN 1 Kabat.
5.4
Metode analisa data
Suharsimi Arikunto
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan analisis data adalah pengolahan
data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang
adasesuai dengan pendekatan penilitian atau desain yang diambil. Terkait dengan
hal itu diperlukan adanya tehnik analisis data. (2003: 236)
Data yang sudah ada
perlu dikumpulkan semua agar mudah untuk pengecekan apakah data yang dibutuhkan
sudah tersedia semua.
Maka dalam
menganalisa data menetapkan
langkah-langkah sebagai berikut :
·
Mencari
dan mengumpulkan data penelitian.
·
Menyusun
data yang diperoleh dari penelitian
·
Mengolah
data untuk menguji hipotesa yang diajukan.
Untuk
menganalisa data dalam penelitian penulis mendapatkan kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
tehnik statistik.
Adapun rumusan yang dipakai dalam penelitian
ini adalah korelasi tetrakorik dengan rumus sebagai berikut :
Æ =
6. Alokasi Kegiatan Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Mei ming ke
|
Juni ming ke
|
Juli ming ke
|
Agus ming ke
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Membuat judul
|
||||||||||||||||
2
|
Pengajun judul
|
||||||||||||||||
3
|
Membuat matrik
|
||||||||||||||||
4
|
buat proposal
|
||||||||||||||||
5
|
Ujian proposal
|
||||||||||||||||
6
|
Pengajuan bab I
|
||||||||||||||||
7
|
Pengajuan bab II
|
||||||||||||||||
8
|
Penyebaran angket
|
||||||||||||||||
9
|
Pengajuan bab III
|
||||||||||||||||
10
|
Pengajuan bab IV
|
||||||||||||||||
11
|
Pengajuan bab V
|
||||||||||||||||
12
|
Ujian skripsi
|
||||||||||||||||
13
|
Revisi
|
Rincian Biaya Penilitian
No
|
Rincian
|
Besar biaya
|
Keterangan
|
1
|
Pembelian buku literatur
|
Rp. 200.000,-
|
|
2
|
Pembuatan angket
|
Rp. 100.000,-
|
|
3
|
Penyusunan laporan
|
Rp. 200.000,-
|
|
4
|
Pengetikan
|
Rp. 100.000,-
|
|
5
|
Biaya cetak
|
Rp. 150.000,-
|
|
6
|
Transportasi
|
Rp. 150.000,-
|
|
7
|
Lain-lain
|
Rp. 100.000,-
|
|
Jumlah
|
Rp. 1000,000,-
|
Daftar pustaka
§ Ahmad
Mudzakir dan Joko Sutrisno, 2000 Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
§ Achmad
Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, 2005 pendidikan dan Konseling di Era
Global : dalam Perspektif
§ Dewa
Ketut Sukardi, 2008 Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
§ Dakir
, 2008 Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya: Bina Ilmu, Cet. Ke- 1,
§ Hasnawiyah, 2002 Belajar Mengajar, Jakarta : PT Rineka Cipta,
§ Joko
Sudarsono, 2003 Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
§ Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2002 Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-10
§ _________________________,
2005 Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta: Balai Pustaka
cet, 13
§ M.
Arifin, 2003 Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
PT Dunia Pustaka Jaya, Cet, Ke-1,
§ Margono,
2004 Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo.
§ Moleong,
2002 Buku Pedoman Umum Tim Pembina, Tim Pengarah & Tim Pelaksana
Kesehatan Jiwa. Direproduksi oleh Proyek Peningkatan Kesehatan Khusus APBD
2002
§ Muhibbin
Syah, 2007 Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-6
§ Prayitno,
2001 dasar-dasar bimbingan dan konseling
§
Riduan, 2002 Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alpabeta.
§ ______,
2003 Dasar-Dasar Statistika, Bandung
: Alfabeta
§
Riduwan dan Sunarto, 2007 Ridwan dan Sunarto.2007.Pengantar
Statistik untuk Penelitian Sosial Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis.Bandung:Alfabeta.
§ S.
Nasution, 2006 Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
§ _________,
1998 Asas-Asas Kurikulum, Bandung :
Jemmars,
§ Slameto,
2003 Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta
§ ______,
2010 Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
§ Stewart
L. Tubss, 2000 Enhauching Selg Esteem. USA: Accelerated Development Inc
§ Sumadi
Suryabrata, 2004 Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
§ Sutrisno Hadi, 2001 metodelogi
reseach penelitian Yogyakarta: Andi Offset
§ Suharsimi Arikunto, 2002 Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
§ _______________, 2003 Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik (edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
§ Syamsu
Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2005 Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
§ Thohari
Musnamar, 2003 , Psikologi Remaja : Perkemnbangan Peserta Didik. Jakarta
: Bumi Aksara
§ Umar,
2004 dalam tulus tu’u
§ Usman
Efendi dan Juhaya S Praja 1993 Pengantar Psikologi, Bandung:
Angkasa,
§ Yunia
Rani, 2010 Metode Belajar Dan Kesulitan Belajar Bandung:Tarsito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar